Jumat, 19 September 2014

Patologis Pada Saat Persalinan



BAB II
TINJAUAN TEORI


PATOLOGI MASA PERSALINAN
Deteksi Dini Penyulit Persalinan pada Ibu Hamil – Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar . 
 Persalinan dibagi menjadi 4 kala yaitu :
1.    Kala 1
Dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviksampai pembukaan lengkap yaitu 10 cm.
2.    Kala 2
Dimulai ketika pembukaan sudah lengkap sampai bayi lahir.
3.    Kala 3
Dimulai setelah lahirnya bayi dan berkhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban.
4.    Kala 4
Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir setelah 2 jam setelah itu

2.1  KALA 1
A.    Kelainan his
a.       Inersia Uteri
Inersia uteri adalah pemanjangan fase laten dan fase aktif atau kedua-duannya dari kala i pembukaan. Pemanjangan fase laten dapt disebabkan karena servik yang belum matang atau karena penggunaan analgesi yang terlalu cepat.
Tanda dan gejala :
1.      His tidak adekua
2.       <2 kali dalam 10 menit
3.      <20 detik
Dulu inersia uteri dibagi menjadi 2 bagian :
1.      Inersia uteri primer adalah his sudah lemah dari permulaan persalinan.
2.      Inersia uteri sekunder adalah keadaan dimana his mula-mula baik tapi kemudian menjadi lemah karena otot-otot rahim lelah jika persalinan berlangsung lama.
Pembagian inersia sekarang yang berlaku :
1)      Inersia uteri hipotonis
Dimana his kurang sering dan pada puncak kontraksi dinding rahimmasih dapat ditekan ke dalam.
2)      Inersia uteri hipertonis
Dimana kontraksi tidak terkoordinasi misalnya kontraksi segmen tengah lebih kuat dari pada segmen atas. Pada inersia ini sering disebut dengan inersia spastis dimana biasanya pasien sering mengeluh sangat kesakitan.






Hypotonis
Hypertonis
a.       Kejadian
b.      Tingkat persalinan
c.       Nyeri
d.      Fetal distres
e.       Reaksi terhadap oksitosin
f.       Pengaruh sedative
4 % dari persalinan
Fase aktif

Tidak nyeri
Lambat terjadi
Baik

Sedikit
1 % dari persalinan
Fase laten

Nyeri berlebihan
Cepat
Tidak baik

Besar

Sebab-sebab :
Penggunaan analgesi terlalu cepat, kesempitan panggul, letak defleksi, kelainan posisi, regangan rahim ( hidroamnion, gamelli ), perasaan takut dari ibu.
Penyulit :
1.      Inersia uteri dapat menyebabkan kematian atau jejas kelahiran.
2.      Kemungkinan infeksi bertambah yang juga meninggikan kematian anak.
3.      Kehabisan tenaga ibu dan dehidrasi
Therapi :
1.      Inersia hypotinis
Kalau ketuban positif maka pengobatan adalah dengan pemecahan ketuban terlebih dahulu dan kemudian diberi pitocin. Pada panggul sempit absolut terapinya adalah SC.

                        Cara pemberian oksitosin :
Satuan oksitosin dilarutkan ke dalam 500 cc glukosa 5 % diberikan dengan infus dengan kecepatan 20 – 30 tt/ menit. Kadang ditambah penitidin dan phenergan masing-masing 50 mg. Pasien harus diobservasi : kalau hisnya kuat menjadi kuat misalnya kontraksi lebih lama dari 2 menit maka infus dihentikan begitu pula kalau bunyi jantung memburuk.
Kalau pemberian oksitosin kedua kalinya gagal maka segera lakukan SC.
2.      Inersia hypertonis
Pengobatan yang baik adalah morpin10 mg atau penitidin 50 mg dengan maksud menimbulkan relaksasi dan istirahat dengan harapan bahwa setelah pasien itu bangun timbul his yang normal.
Tapi apabila his tis kembali dengan baik maka dalam waktu tertentu dilakukan SC
3)      Lingkaran retraksi dan lingkaran kontriksi
Lingkaran retraksi rahim berlebihan waktu persalinan dapat mengakibatkan terjadinya lingkaran bandle atau lingkaran retraksi patologis.
Adanya lingkaran bandle merupakan ancaman robekan rahim. Lingkaran bandle ini terjadi kalau ketuban sudah pecah, pembukaan sudah lengkap, dan bagian depan tidak maju.
                  Gejala ancaman robekan rahim adalah :
1.      Lingkaran retraksi naik, sampai sedikit di bawah pusat atau lebih tinggi.
2.      His kuat sampai tetania uteri
3.      Ligamentum rotundum tegang juga diluar his sehingga dapat teraba dari luar.
4.      Nyeri spontan dan nyeri tekan di atas simpisis, karena adanya regangan SBR.
5.      Pasien gelisah dan nadi cepat.
6.      Terdapat darah dalam urin karena tekanan atau regangan atau regangan kandung kencing.
Terapinya : lingkaran bandle merupakan indikasi untuk segera menyelesaikan persalinan menurut keadaan SC, perforasi, atau dekapitasi. Kalau pasien harus diangkut ke RS diberi dulu morpin 20 mg. Kalau anak dilahirkan pervaginam maka perlu dilakukan eksplorasi cavum uteri.
Lingkaran kontriksi adalah kekejangan melingkar dari sebagian otot rahim dan dapat terjadi pada kala 1 , 2 maupun 3. Pada letak kepala lingkaran ini menjepit kepala dan bahu. Lingkaran ini menghalangi turunnya anak sehingga menyebabkan anak distocia.
Terapinya : kalau pembukaan belum lengkap diberi istirahat dengan sedative. Sedangkan apabila pembukaan sudah lengkap narkose gether dan apabila lingkaran kontriksi lenyap anak dilahirkan. Dan apabila tidak hilang maka dilakukan SC.
B.     Kelainan bentuk panggul
1.      Kesempitan pintu atas panggul
Pintu atas panggul kalau dianggap sempit apabila conjugata vera kurang dari 10 cm atau kalau diameter tranversa kurang dari 12cm .

Penyebabnya :
a.       Kelainan karena gangguan pertumbuhan
                                                                                        I.            Panggul sempit seluruh : semua ukuran panggul sempit
                                                                                     II.            Panggul picak : ukuran muka belakang sempit, ukuran melintang biasa
                                                                                  III.            Panggul sempit picak : semua ukuran kecil tapi terlebih ukuran muka belakang
                                                                                  IV.            Panggul corong : PAP biasa PBP sempit.
                                                                                     V.            Panggul belah : sympisye terbuka.
b.      Kelainan karena penyakit tulang panggul atau sendi-sendinya
I.                   Panggul rachitis : paanggul picak ,panggul sempit ,seluruh panggul sempit picak, dll.
II.                Panggul osteomalaci : panggul sempit melintang
III.             Radang articulatio sacroiliaca : panggul sempit miring.
c.       Kelainan panggul disebabkan karena kelainan tulang belakang
I.                   Kypose didaerah tulang pinggang menyebabkan panggul corong.
II.                Scoliose didaerah tulang punggung menyebabkan panggul sempit miring.
Prasangka panggul sempit :
a)      Pada primipara kepala anak belum turun setelah minggu ke 36
b)      Pada primipara ada perut menggangtung
c)      Pada multi para persalinan yang dulu-dulu sulit
d)     Kelainan letak pada hamil tua
e)      Kelainan bentuk badan ( cebol, scoliose , pincang dll)
f)       Osborn positif
Terapi :
                               I.            pembukaan lengkap lakukan persalinan percobaan apabila ibu dan bayi dalam keadaan baik .
                            II.            pembukaan tidak lengkap atau tidak ada kemajuan , KU ibu dan bayi kurang baik, dan apabila pembukaan lengkap ketuban sudah pecah dan 2 jam kepala tidak turun juga maka lakukan SC .
2.      kesempitan bidang tengah panggul
Bidang tengah panggul terbentang antara pinggir bayah simpisis dan spina ischiadika serta memotong sacrum kira-kira pertemuan ruas sacrum ke 4 dan ke 5.
Prasangka kesempitan bidang tengah panggul :
                                             I.            spina ischiadica sangat menonjol
                                          II.            dinding samping panggul convergen
                                       III.            diameter antara tuber isciadica 8.5 cm atau kurang
Terapi : kalau persalinan terhenti karena kesempitan bidang tengah panggul maka baiknya digunakan ekstraksi vacum, karena apabila menggunakan ekstraksi forsep kurang memuaskan berhubung forcep memperkecil ruangan jalan lahir.
3.      Kesempitan pintu bawah panggul
PBP dikatakan sempit kalau jarak antara tuberisciadica 8cm atau kurang. Kalau jarak ini berkurang dengan sendirinya arcus pubis meruncing, maka besarnya arcus pubis dapat dipergunakan untuk menentukan kesempitan PBP.
Kalau segitiga depan dibatasi oleh arcus pubis maka segitiga belakang tidak mempunyai batas tulang sebelah samping. Karena itu jelaslah bahwa jarak antara tuber isciadica sempit kepala akan dipaksa keluar sebelah belakang dan mungkin tidaknya persalinan tergantung besar segitiga belakang. Lahirnya kepala pada segitiga yang belakang biasanya menimbulkan robekan perinium yang besar.
Kesempitan pintu bawah panggul dapat menyebabkan gangguan putaran paksi. Kesempitan PBP ini jarang memaksa kita melakukan SC biasanya dapat diselesaikan dengan forceps dan episiotomi yang cukup luas.
4.      Kombinasi kesempitan pntu atas panggul, bidang tngah panggul, dan pintu bawah panggul.
5.      CPD
Disproportion fetopelvik adalah disproporsi antara ukuran janin dan ukuran pelvis yakni ukuran pelvis tertentu tidak cukup besar untuk mengakomodasi keluarnya janin tertentu melalui pelvis samai terjadi kelahiran pervaginam.
Berikut ini indikasi kemungkinan disproporsi sefalopelvik :
1.    Ukuran janin sangat besar
2.    Tipe dan karakteristik khusus tubuh wanita secara umum :
a.    Bahu lebih lebar dari pada panggul,tanpa memerhatikan tinggi
b.    Postur tubuh endek
c.    Tangan kaki pendek serta lebar
3.    Riwayat fraktur pelvis
4.    Deformitas spinal,contoh skoliosis atau kifosis (perhatikan postur)
5.    Pelvis platipeloid
6.    Malpresentasi atau malposisi
7.    Persalian disfungsional, sperti kegagalan kemajuan persalinan dan disfungsi uterus
Persalinan disfungsional yang disebabkan oleh disporporsi sefalopelvik data mengakibatkan kondisi berikut ini :
1.     Kerusakan pada janin sebagai contoh kerusakan otak
2.     Kematian janin atau neonates
3.     Infeksi intrauterus
4.     Rupture uterus
5.     Kematian ibu
Rencana pelaksanaan utama ketika ada kemungkinan CPD adalah evaluasi pelvis dan kontraksi wanita serta janinsecara cermat seperti yang dirinci diatas ,partus percobaan,uaya memaksimalkan rongga pelvis ibu dengan mengatur posisi yang sesuai antara arsitektur pelvis tertentu ini dan jalan yang akan dilalui bayi ketika melewati pelvis.
C.     Kelainan alat kandungan
a)      Vulva
Atresia vulva atau tertutupnya vulva ada yang bawaan dan ada yang diperoleh misalnya karena radang atau trauma.
b)      Vagina
                                           I.            Atresia
                                        II.            Adanya sekat pada vagina
                                     III.            Adanya tumor pada vagina
c)      Cervik
a.       Atresia
b.      Conglutinatio orificii externi : keadaan dimana portio mendatar dan menjadi tipis sekali tetapi orifisium eksternum tetap kecil dengan pinggir yang tipis
c.       Cicatrices pada servik dapat terjadi karena infeksi atau operasi
d.      Cervik yang kaku terdapat pada primi .
d)     Tumor –tumor alat kandungan
a.       Ginjal ektopik
b.      Batu kandung kencing

D.    . Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dini dapat secara teknis didefenisikan sebagai pecah ketuban sebelumtanda-tanda persalinan,tanpa memperhatikan usia gestasi. Namun,dalam praktek dan dalam penelitian,pecah ketuban dini didefenisikan sesuai dengan jumlah jam dari waktu pecah ketuban samai tanda-tanda persalinan. Interval ini disebut periode laten dan dapat terjadi kapan saja dari 1-12 jam atau lebih. Tidak ada keseragaman metode yang diterima untuk menegakan diagnosis pecah ketuban menyebabkan perbandingan penelitian sulit dilakukan sehingga tiadak ada defenisi operasional standar. Insiden ketuban each dini adalah 2,7 %- 17%,bergantung pada lama periode laten yang digunakan untuk menegakan diagnosis. KPD sebelum usia cukup bulan dalam bahasa inggris disebut PPROM (preterm premature rupture of membranes).ketuban pecah lebih dari 24 jam sebelum kelahiran disebut pecah ketuban memanjang.
Insiden KPD lebih tinggi pada wanita dengan servix inkompeten,polihidramnion,malpresentasi janin,kelahiran kembar,atau infeksi vagina/servix (misalnya : vaginosis bacterial, tricomonas, clamidia ,gonorea,streptococcus Grup B). hubungan yang signifikan juga telah ditemukan antara keletihan karena bekerja dan peningkatan resiko KPD sebelum cukup bulan diantara wanita nulipara (tetapi bukan wanita multipara). Kemungkinan komplikasi akibat KPD antara lain persalinan dan pelahiran premature,infeksi intra uteri,dan kompresi tali pusat akibat prolap tali pusat atau oligohidramnion.
Lakukan palpasi abdomen untuk menentukan volume cairan amnion. Apabila pecah ketuban telah pasti terdapat kemungkinan mendeteksi berkurangnya cairan karna terdapat peningkatan molase uterus dan dinding abdomen disekitar janin dan penurunan kemampuan balotemen dibandingkan temuan pada pemeriksaan sebelum pecah ketuban. Ketuban yang pecahtidak menyebabkan perubahan yang seperti ini dalam temuan abdomen.
Pemeriksaan speculum steril
a.    Inspeksi keberadaantanda-tanda cairan di genetalia eksternal.
b.    Lihat servix untuk mengetahui aliran cairan dari orifisium
c.    Melihat adanya genangan cairan amnion diforniks vagina.
d.    Jika  tidak ada cairan,minta ibu mengejan (firasat valsalva). Secara bergantian,beri tekanan ada fundus perlahanatau naikkan denagn perlahan bagian presentasi pada abdomen untuk memungkinkan cairan melewati bagian presentasi pada kasus kebocoran berat sehingga anda dapat mengamati kebocoran cairan
e.    Observasi cairan yang keluar untuk melihat lanugo atau vernix kaseosa jika usia kehamilan lebih dari minggu ke 22
f.     Fisualisasi servix untuk menentukan dilatasi jika pemeriksaan dalam tidak dilakukan
g.    Fisualisasi serviks untuk mendeteksi prolaps tali pusat atau ekstermitas janin
Penatalaksanaan persalinan yang digunakan sama seperti persalinan yang lain,dengan tambahan sbb:
1.    Kaji suhu dan denyut nadi setiap 2 jam,kenaikan suhu sering kali didahului kondisi ibu yang menggigil.
2.    Lakukan pemantauan DJJ.pemeriksaan DJJ setia jam sebelum awitan persalinan adalah tindakan yang adekuat seanjang DJJ dalm batas normal.
3.    Hindari pemeriksaan dalam yang tidak perlu
4.    Ketika melakukan pemeriksaan dalm yang benar-benar diperlukan ,perhatikan juga hal-hal berikut:
a.    Apakah dinding vagina teraba lebih hangat dari biasa
b.    Bau dan warna rabas atau cairan disarung tangan anda
5.    Beri perhatian lebih seksama terhadap hidrasi agar diperoleh gambaran jelas dari setiap infeksi yang timbul,seringkali terjadi eningkatan suhu tubuh akibat dehidrasi

2.2              KALA II
                   I.            Positio occipito posterior persistens
OPP adalah keadaan dimana putaran paksi dalam tidak terjadi. Sebab tidak terjadinya putaran paksi adalah panggul antropoid, panggul android, kesempitan panggul tengah, KPD, fleksi kepala kurang dan inersia uteri.
Terapinya : dapat dilakukan ekstraksi vakum dan forsep. 
                II.            Letak Muka
Letak muka adalah letak kepala dengan defleksi yang maksimal sehingga occiput punggung dan muka mengarah ke bawah. Penyebabnya adalah panggul sempit dan anak besar.
Prasangka letak muka : pada waktu hamil tonjolan kepala teraba sepihak dengan punggungdan antara belakang kepala dan punggung teraba sudut yang runcing dan bunyi jantung anak terdengar sepihak pada bagian-bagian yang kecil.
Dalam persalinan pada saat pembukaan lengkap teraba : orbita , hidung, tulang pipi, mulut dan dagu.
 Penyebab lainnya antara lain :
a.       Letak muka primer yang disebabkan oleh kelainan anak dan tak dapat diperbaiki seperti :
1.      Struma congenitalis.
2.      Kelainan tulang leher
3.      Lilitan tali pusat yang banyak.
4.      Meningocel
5.      Anensepalus
b.      Letak muka sekunder : dapat diperbaiki, anak normal :
1.      Panggul picak
2.      Anak besar
3.      Dinding perut kendor hingga rahim jatuh ke depan
4.      Bagian-bagian yang menumbung
5.      Hydroamnion.
Terapi adalah
1.      Periksa terlebih dahulu kelainan panggul
2.      Jika dagu terdapat sebelah belakang masih ada kemungkinan bahwa dagu dapat memutar ke depan dan persalinan dapat berlangsung spontan.
3.      Jika indikasi untuk menyelesaikan persalinan maka forsep akan hanya dipergunakan apabila :
1.      Kepala sudah di H IV
2.      Dagu terdapat disebelah depan.
Jika syarat-syarat tidak terpenuhi lebih baik dilakukan SC.
             III.            Letak dahi
Letak dahi adalah letak kepala dengan defleksi yang sedang hingga dahi menjadi bagian yang terendah.
Letak dahi baru dapat didiagnosa waktu persalinan apabila pembukaan cukup besar maka akan teraba sutura frontalis, ubun-ubun besar, pinggir orbita dan pangkal hidung. Sebabnya sama dengan letak muka. Terapi adalah dalam kehamilan dapat dilakukan perasat Schatz. Tapi kalai pada persalinan dilakukan SC.
             IV.            Letak sungsang
Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian terendah ( presentasi bokong ).
Pembagian letak sungsang :
1.      Letak bokong murni ( Frank Breech ) : bokong menjadi bagian depan sedangkan kedua tungkai lurus ke atas .
2.      Letak bokong kaki ( complete Breech) : letak bokong kaki sempurna atau tidak sempurna kalau disamping bokong teraba kedua kaki atau satu kaki saja.
3.      Letak lutut ( presentasi lutut )
4.      Letak kaki ( presentasi kaki )
Kedua diatas disebut dengan incomplete breech. Dimana tergantung pada bagian yang terabanya.
Penyebabnya :
1.      Prematuritas karena bentuk rahim yang relatif lonjong,air ketuban masih banyak dan kepala anak relatif besar.
2.      Hydroamnion.
3.      Plasenta previa
4.      Bentuk rahim yang abnormal
5.      CPD
6.      Kelainan bentuk kepala
Terapinya :
1.      Apabila sama-sama presentasi kepala maka dilakukan persalinan spontan
2.      Apablia sama-sama presentasi bokong maka dilakukan SC
3.      Apabila presentasi kepala dan presentasi bokong maka yang presentasi kepala persalinan normal dan presentasi bokong dilakukan SC.
                V.            Letak lintang
Pada letak lintang sumbu panjang anak tegak lurus atau hampir tegak lurus pada sumbu panjang ibu.
Penyebabnya :
1.      Dinding perut yang kendur
2.      Kesempitan panggul
3.      Plasenta previa
4.      Prematuritas
5.      Kelainan bentuk rahim
6.      Kehamilan ganda
Terapinya :
1.      Pada kehamilan dilakukan versi luar
2.      Pada persalinan dilakukan dekapitasi dan karena persalinan berlangsung lama maka diberikan antibiotika dan infus glocosa

             VI.            Letak majemuk
Keadaan dimana disamping bagian terendah teraba anggota badan, misalnya tangan ataupun lengan.
Penyebabnya :
1.      Multipara
2.      Pada disporposi Cephalopelvic
3.      Prematur
4.      Hydroamnion
Terapi :
1.      Tangan yang menumbung tidak akan menghalangi persalinan jadi baiknya dibiarkan saja, kalau terjadi gangguan putaran paksi dapat diselesaikan dengan ekstraksi forsep.
2.      Jika lengan yang menumbung baiknya dilakukan reposisi kalau pembukaan sudah lengkap karena dapat menghalangi turunnya kepala. Kalau reposisi tidak berhasil maka lakukan SC.

          VII.            Tali pusat menumbung
Keadaan dimana tali pusat ditemukan disamping bagian terendah janin. Apabila ketuban sudah pecah maka diseebut tali pusat yang terkemuka sedangkan apabila ketuban belum pecah maka disebut tali pusat yang menumbung.
Penyebabnya :
1.      Letak lintang
2.      Letak kaki
3.      Kehamilan ganda
4.      Letak majemuk
5.      Hydroamnion
Therapi :
1.      Tali pusat menumbung pada letak kepala :
a)      Jika pembukaan belum lengkap DJJ buruk maka lakukan SC
b)      Kalau pembukaan lengkap maka lakukan SC apabila kepala masih tinggi
c)      Apabila janin mati maka tunggu persalinan spontan
2.      Jika tali pusat menumbung pada letak sungsang
a)      Pembukaan belum lengkaap lakukan SC
b)      Jika pembukaan sudah lengkap lakukan SC atau ekstraksi
       VIII.            Janin besar
Keadaan dimana berat badan janin lebih dari 4000 gram. Penyebabnya : diabetes, keturunan, dan multiparitas.
Terapinya :
1.      Di palpasi diduga anak besar lakukan periksa gula darah
2.      Panggul normal diusahakan persalinan pervaginam .

2.3KALA III
Pada kala III sangat rentan terjadinya perdarahan. Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam setelah anak lahir. Perdarahan postpartum dapat dibedakan menjadi perdarahan postpartum primer dan perdarahan postpartum sekunder. Perdarahan postpartum dapat disebabkan oleh atonia uteri, laserasi jalan lahir, retensio plasenta, hematoma dan kelainan pembekuan darah. Karena etiologi dari perdarahan postpartum berbeda-beda. Oleh sebab itu, penanganannya juga berbeda-beda. Namun dalam hal ini, sangat perlu diperhatikan manajemen aktif kala II dan  III dengan baik. Selain itu, tindakan deteksi dini dan sangat berarti dalam pencegahan terjadinya perdarahan postpartum demi menekan tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) akibat perdarahan postpartum.
1.      Rupture uteri
Rupture uteri komplit adalah keadaan robekan pada rahim dimana telah terjadi hubungan lansung antara rongga amnion dan rongga perotonium.peritopnium viserale dan kantong ketuban keduanya ikut ruptur dengan demikian janin sebagian atau seluruh tubuh telah keluar oleh kontraksi terakhir rahim dan berada dalam  kavum peritonei atau rongga abdomen.pada rupture uteri in komplit hubungan  kedua rongga tersebut masih dibatasi oleh peritoneum viserale.pada dehisens dari parut  bekas  bedah sesar kantong ketuban yang belum robek ,tetapi jika  kantong ketuban 
Klafikasi rupture uteri menurut sebabnya adalah sebagai berikut:
a.       Kerusakan atau anomaly uterus yang telah ada sebelum hamil.
1.    pembedahan pada miometrium:seksio sesaria atau atau histerotomi,histerorafi,miomektomi,yang sampai menembus yang sampai menembus ketebalan otot uterus reseksi,pada kornua uterus atau bagian interstisial,meptroplasti.
2.    Trauma  uterus koinsentral:instrumenasi sendok kuret atau sonde pada penanganan abortus,trauma tumpul atau tajam seperti pisau atau peluru,rupture  tanpa gejala pada kehamilan sebelumnya,
3.    Kelainan bawaan:kehamilan dalam bagian rahim rahim  (born) yang tidak berkembang.
b.      Kerusakan atau anomali uterus yang terjadi dalam kehamilan
1.    Sebelum kelahiran anak:his spontan yang kuat dan terus menerus,pemakaian oksitoksin atau prostaglandin,untuk meransang persalinan,intilasi cairan kedalam kantong gestasi atau ruang amnion seperti larutan garam fisiologik atau prostaglandin perforasi dengan kateter pengukur tekanan intrauterin, trauma luar tumpul atau tajam,versi luar, pembesaran rahim berlebihan misalnya hidramion dan kehamilan ganda.
2.    Dalam periode intrapartum:versi-ekstaksi,ekstaksi cunam sukar,eksraksi bokong,anomali janin yang menyebabkan distensi berlebihan pada segmen bawah rahim,tekanan kuat pada uterus dalam persalinan,kesulitan dalam melakukan manual plasenta.
3.    Cacat rahim yang di didapat:plasenta inkreta atau perkreta.
Rupture uteri disebabkan oleh anomali atau kerusakan yang telah ada sebelumnya,karena trauma,atau sebagai komplikasi persalinan pada rahimn yang masih utuh.paling sering terjadi pada rahim yang telah di seksio sesarea pada persalinan sebelum sebelumnya.lebih lagi jika pada uterus yang demikian dilakukan partus yang demikian dilakukan partus percobaan atau persalinan diransang dengan oksitoksin atau sejenisnya.
Pasien yang berisiko tinggi antara lain persalinan yang mengalami distosio,grandemultipara,penggunaan oksitoksin atau prostaglandin untuk mempercepat persalinan,pasien hamil yang pernah melahirkan sebelumnya melalui bedah sesar atau operasi lain pada rahimnya.pada keadaan ini dapat dipilih elecvite caesarean section (ulangan) untuk mencegah rupture uteri dengan syarat janin sudah matang.eksplorasi pasca kelahiran pada persalinan yang sukar  dengan pendarahan yang banyak atau pascapartus dengan kemungkinan dehisens perlu dilakukan untuk memastikan tidak adanya rupture uteri.
Dalam menghadapi masalah rupture uteri pasien yang beresiko tinggi haruslah di rujuk agar persalinan berlansung.dalam rumah sakit yang mempunyai fasilitas yang cukup di awasi dengan penuh dedikasi oleh petugas bepengalaman.bila terjadi rupture uteri tindakan terpilih adalah hisrektomibdan resusitasi serta antibiotika yang sesuai dan diperlukan cairan infuse cairan kristaloid dan transfuse drah yang banyak.
Komplikasi yang ditimbulkan adalah Syok hipovolemik karena pendarahan yang hebat dan sepsis akibat infeksi  adalah dua komlikasi yang fatal pada peristiwa rupture uteri.syok hipovolemik terjadi bila pasiennya tidak mendapat infuse cairan kristaloid yang banyak selanjutnya dalam waktu cepat digantikan dengan transfuse darah segar.

2.      Robekan jalan lahir
Pada umumnya robekan jalan lahir terjadi pada persalinan trauma.robekan jalan lahir akibat terjadi pemimpinan persalinan disaat  pembukaan yang belum lengkap,dan akibat episiotomi,robekan spontan peritoneum,trauma forceps atau vakum ekstraksi atau karena versi ekstraksi.
Robekan yang terjadi bisa ringan(lecet,laserasi), luka episiptomi,robekan perineneum spontasn derajat ringan sampai rupture perinei totalis (spingter ani terputus,robekan pada dinding vagina,fornik uteri,serviks,daerah sekitar klitoris dan uretra dan bahkan yang terberat,rupture uteri).pendarahan karana rupture uteri dapat di duga dapat diduga dalam persalina macet atau uerus dengan lokus minoris resistensia dan adanya ataonia uteri dan tanda cairan bebas intraabdominal.
3.      Retensio plasenta
Bila plasenta tetap tertinggal dalam uterus 30 menit setelah anak lahir disebut retensio plasenta.plasenta yang sukar dilepaskan dengan pertolongan aktif kala 3 desebabkan oleh adhesi yang kuat antara plasenta dan uterus. Sisa plasenta bisa di duga bila kala uri beransung tidak lancer,atau setelah melakukan manual plasenta atau menemukan adanya kotiledon pada saat melakukan pemeriksaan plasenta dan masih ada pendarahan dari ostium uteri eksternum pada saat kontraksi sudah baik dan robekan jalan lahir sudah terjahit.
Jenis retensio plasenta:
1.      Plasenta adhesiva adalah implentasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis.
2.      Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian lapisan myometrium.
3.      plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai/ memasuki myometrium.
4.      Plasenta perkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.
5.      Plasenta inkarserata adalah tertahannya plasenta didalam kavum uteri, disebabkan oleh konstriksi ostium uteri.
4.      Inversio uterus
Adalah dimana lapisan dalam uterus turun dan keluar lewat ostium uteri eksternum,yang dapat ber sifat inkomlit sampai komplit.
Faktor yang memungkinkan hal itu terjadi adalah adanya atonio ueri,servik yang masih terbuka lebar,dan adanya kekuatan yang menarik pundus kebawah.
Tanda inversio uteri
a.       Syok karna kesakitan
b.      Pendarahan banyak bergumpal
c.       Di vulva tampak endometrium terbalik


5.      Pendarahan karna pembekuaan darah
Kausal pp karena gangguan pembekuan darah baru dicurigai bila penyebab yang lain dapat di singkirkan apalagi disertai ada riwayat pernah mengalami hal yang sama pada persalinan sebelumnya.akan akan tendensi mudah terjadi pendarahan sdetiap dilakukan penjahitan.
Predisposisi
a.    Solusio plasenta
b.    Kematian janin dalam kandungan
c.    Eklamsia
d.    Emboli cairan ketuban
e.    Sepsis.
6.      Atonia uteri
Atonia uteri adalah keadaan dimana tidak berkontraksinya uterus dengan baik.
Tanda-tandanya :
a.       Perdarahan mengalir
b.      TFU tinggi atau melebihi pusat
c.       Ibu tampak pucat
d.      Berkeringat dingin
e.       Adanya syok
Penyebab atonia uterus :
1.      Pemisahan plasenta inkomplit
2.      Retensi kotiledon,fragmen plasenta atau membran
3.      Percepatan persalinan
4.      Persalinan lama yang mengakibatkan inersia uterus
5.      Polihidroamnion
6.      Kandung kemih penuh

Penanganan atonia uteri :
1.    Kenali dan tegakkan diagnosis kerja atonia uteri.
2.    Sementara dilakukan pemasangan infus dan pemberian uterotonika, lakukan kompresi bimanual.
3.    Pastikan plasenta lahir lengkap ( bila ada indikasi sebagian plasenta masih tertinggal lakukan evaporasi sisa plasenta ) dan tak ada laserasi jalan lahir.
4.    Berikan transfuse darah bila sangat diperlukan.
5.    Lakukan uji beku darah (lihat solusio plasenta) untuk konfirmasi system pembekuan darah.
6.    Bila semua tindakan diatas telah dilakukan tetapi masih terjadi perdarahan lakukan tindakan spesifik (lihat bagian prosedur klinik) sebagai berikut :
a.    Pada fasilitas pelayanan kesehatan dasar.
1.      Kompresi bimanual eksternal
Menekan uterus melalui dinding abdomen dengan jalan saling mendekatkan kedua belah telapak tangan yang melingkupi uterus. Pantau aliran darah yang keluar. Bila perdarahan berkurang, kompresi diteruskan, pertahankan hingga uterus hingga uterus dapat kembali berkontraksi atau dibawa ke fasilitas kesehatan rujukan. Bila belum berhasil, coba dengan kompresi bimanual internal.
2.      Kompresi bimanual internal
Uterus ditekan diantara telapak tangan pada dinding abdomen dan tinju tangan dalam vagina untuk menjepit pembuluh darah di dalam myometrium (sebagai pengganti mekanisme kontraksi ). Perhatikan perdarahan yang terjadi. Pertahankan kondisi ini bila perdarahan berkurang atau berhenti, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali. Apabila pendarahan tetap terjadi, cobakan kompresi aorta abdominalis.
3.      Kompresi aorta abdominalis
Raba arteri femoralis dengan ujung jari tangan kiri, pertahankan posisi tersebut. Genggam tangan kanan kemudian tekankan pada daerah umbilicus, tegak lurus dengan sumbu badan, hingga mencapai kolumna vertebralis. Penekanan yang tepat, akan menghentikan atau sangat mengurangi denyut arteri femoralis. Lihat hasil kompresi dengan memperhatikan perdarahan yang terjadi.

b.    Pada rumah sakit rujukan
1.      Ligasi arteri uterina dan ovarika
2.      Histerektomi



























BAB III
PENUTUP


3.1              KESIMPULAN
Jadi , Deteksi Dini Penyulit Persalinan pada Ibu Hamil – Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Disini kita akan dapat mengetahui apa yang terjadi pada setiap kala, baik itu kala 1, kala 2 maupun kala 3.


0 komentar:

Posting Komentar