This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Selasa, 23 Juni 2015

PEMERIKSAAN RATORIU URINE

UJI GLUKOSA
TUJUAN :
Untuk mengetahui adanya glukosa di dalam urin
DASAR :
Glukosa mempunyai sifat mereduksi. Ion cupri direduksi menjadi cupro dan mengendap dalam bentuk merah bata. Semua larutan sakar yang mempunyai gugusan aldehid atau keton bebas akan memberikan reaksi positif. Na sitrat dan Na karbonat (basa yang tidak begitu kuat) berguna untuk mencegah pengendapan Cu++ . Sukrosa memberikan reaksi negative karena tidak mempunyai gugusan aktif (aldehid/keton bebas).
Reaksi benedict sensitive karena larutan sakar dalam jumlah sedikit menyebabkan perubahan warna dari seluruh larutan, sedikit menyebabkan perubahan warna dari seluruh larutan, hingga praktis lebih mudah mengenalnya. Hanya terlihat sedikit endapan pada dasar tabung.  Uji benedict lebih peka karena benedict dapat dipakai untuk menafsir kadar glukosa secara kasar, karena dengan berbagai kadar glukosa memberikan warna yang berlainan.
ALAT DAN BAHAN
Alat :
  1. 1 Tabung reaksi
  2. Penjepit tabung reaksi
  3. Rak tabung
  4. Pipet tetes
  5. Corong
  6. Pipet volume
  7. Lampu spiritus/ bunsen
  8. Beker glass
Bahan :
  1. 5 cc larutan benedict
  2. Urine patologis
CARA KERJA
  1. Masukkan larutan benedict ke dalam  tabung reaksi sebanyak 5 c
  2.  Campurkan urin patologis 5 – 8 tetes ke dalam tabung yang telah berisi benedict
  3. Panaskan tabung di atas spritus/Bunsen dan sambil dikocok perlahan sampai mendidih
  4. Dinginkan dan amati terjadi perubahan warna atau tidak
Cara menilai hasil :
  • Negatif (-)                   : Tetap biru atau sedikit kehijau-hijauan
  • Positif (+)                    : Hijau kekuning-kuningan dan keruh (0,5-1% glukosa)
  • Positif (++)                  : Kuning keruh (1-1,5% glukosa)
  • Positif (+++)               : Jingga atau warna lumpur keruh (2-3,5% glukosa)
  • Positif (++++)             : Merah keruh ( > dari 3,5 % glukosa)
UJI PROTEIN
TUJUAN
Untuk mengetahui adanya protein didalam urin
DASAR
Protein adalah sumber asam amino yang mengandung unsur C,H,O dan N . Protein sangat penting sebagai sumber asam amino yang digunakan untuk memnbangun struktur tubuh. Selain itu protein juga bisa digunakan sebagai sumber energi bila terjadi defisiensi energi dari karbohidrat dan/atau lemak. Sifat-sifat protein beraneka ragam, dituangkan dalam berbagai sifatnya saat bereaksi dengan air, beberapa reagen dengan pemanasan serta beberapa perlakuan lainnya.
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi.
Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus yang diserap oleh tubulus ginjal dan diekskresikan ke dalam urin. Normal ekskresi protein biasanya tidak melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl urin. Lebih dari 10 mg/dl didefinisikan sebagai proteinuria. Adanya protein dalam urine disebut proteinuria.
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan proteinuria adalah : penyakit ginjal (glomerulonefritis, nefropati karena diabetes, pielonefritis, nefrosis lipoid), demam, hipertensi, multiple myeloma, keracunan kehamilan (pre-eklampsia, eklampsia), infeksi saluran kemih (urinary tract infection). Proteinuria juga dapat dijumpai pada orang sehat setelah kerja jasmani, urine yang pekat atau stress karena emosi.
Untuk mengetahui adanya protein di dalam urin dilakukan pemeriksaan. Prinsip dari pemeriksaan ini terjadi endapan urine jika direaksikan dengan asam sulfosalisila.
ALAT DAN BAHAN
Alat :
  1. 1 Tabung reaksi
  2. Penjepit tabung reaksi
  3. Rak tabung
  4. Pipet tetes
  5. Corong
  6. Pipet volume
  7. Lampu spiritus/ bunsen
  8. Beker glass
Bahan :
  1. Asam Asetat 6%
  2. Urin patologis
CARA KERJA
  1. Isi urine normal pada tabung 1 dan urin patologis pada tabung 2 hingga dua per tiga tabung
  2. Kedua tabung di miringkan, panaskan bagian atas urin  sampai mendidih
  3. Perhatikan apakah terjadi kekeruhan dibagian atas urin tersebut dengan cara membandingkan dengan urin bagian bawah.
  4. Jika urine dalam tabung tidak terjadi kekeruahn  maka hasilnya negatif
  5.  jika urin dalam dalam tabung terjadi kekeruhan  maka tambahkan asam asetat 6% sebanyak 3-5 tetes.
  6. Panaskan lagi sampai mendidih, Jika urine kembali bening/kekeruahn menghilang maka hasilnya negatif. Jika kekeruahn urin tetap ada maka hasilnya positif.
  7. Beri penilaian terhadap hasil pemeriksaan tersebut
Cara menilai hasil :
  • Negatif              : tidak ada kekeruhan
  • Positif +            : kekeruhan ringan tanpa butiran (0,01-0,05% protein)
  • Positif ++          : kekeruhan mudah dilihat dan dengan butiran (0,05-0,2% protein)
  • Positif +++        : Urin jelas keruh dan kekeruhan dengan kepingan (0,2-0,5 % protein)
  • Positif ++++      : Urin sangat keruh dan kekeruhan dengan gumpalan ( > dari 0,5 % )

Selasa, 17 Februari 2015

METODE VDRL

CARA  DIAGNOSA SIFILIS
 METODE VDRL ( Veneral Disease Research of Laboratories)                  

A.      PENDAHULUAN
Venereal Disease Research Laboratory (VDRL) / Serum atau Cerebrospinal Fluid (RPR) merupakan satu-satunya pemeriksaan laboratorium untuk neunurosipilis yang disetujui oleh Centers for Disease Control. Pemeriksaan VDRL serum bisa memberikan hasil negatif palsu pada tahap late sipilis dan kurang sensitif dari RPR. Penyakit Pemeriksaan VDRL merupakan pemeriksaan penyaring atau Skrining Test, dimana apabila VDRL positif maka akan dilanjutkan dengan pemeriksaan TPHA (Trophonema  Phalidum Heamaglutinasi). Hasil uji serologi tergantung pada stadium penyakit misalnya pada infeksi primer hasil pemeriksaan serologi biasanya menunnjukkan hasil non reaktif. Troponema palidum dapan ditemukan pada chancre. Hasil serologi akan menunjukan positif 1-4 minggu setelah timbulnya chancre. Dan pada infeksi sekunder hasil serelogi akan selalu pisitif dengan titer yang terus meningkat. Pasien yang terinfeksi bakteri treponema akan membentuk antibody yang terjadi sebagai reaksi bahan-bahan yang dilepaskan karena kerusakan sel-sel. Andibody tersebut disebut regain.
B.      TUJUAN PEMERIKSAAN
Untuk mendeteksi adanya antibody nontreponema atau Reagin.
C.      METODE PEMERIKSAAN
Slide
D.      PRINSIF PEMERIKSAAN
Adanya antibody pada serum pasien akan bereaksi dengan antigen yang menempel pada eritrosit ayam kalkun atau domba membentuk flokulasi ( gumpalan) atau aglutinasi
E.       SPESIMEN PEMERIKSAAN
Serum atau cairanotak
F.        ALAT  DAN BAHAN PEMERIKSAAN
1.       Slide pemeriksaan berlatar belakan putih
2.       Mikroskop
3.       Mikropipet
4.       Tip kuning
5.       Rotator
6.       Timer
7.       Batang pengaduk
G.     CARA KERJA
1.       Kualitatif
a.       Siapkan alat dan bahan yad dibutuhkan
b.      Ke dalam lingkaran slide dipipet 50 ul serum
c.      Tambahkan 50 ul atau 1 tetes antigen (reagen VDRL )
d.      Homogenkan dengan batang pengaduk
e.      Putar pada rotator kecepatan 100 rpm selama 4-8 menit
f.        Amati ada tidaknya flokulasi
2.       Kuantitatif
a.       Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
b.  Lakukan pengenceran berseri pada slide dengan cara 50 ul serum + 50 ul saline dihomogenkan kemudian hari campuran tersebut dipipet 50 ul dan diletakkan pada lingkaran ke dua pada slide yang sama kemudian tambahkan 50 ul salin dan homogenkan kembali lalu lakukan hal yang sam seperti pada lingkaran pertama sampai lingkaran terakhir dima pada pengenceran terakhir hasil pengenceran dibuang sebanyak 50 ul. Maka hasil pengenceran adalah 1/2 , 1/4 , 1/8, 1/16, 1/32, 1/64, 1/128.
c.       Kepada masing-masing pengenceran tambahkan 1 tetes ( 50 ul ) antigen VDRL ( reagen)
d.      Kemudian dihomogenkan dan diputar dengan rotator kecepatan 100 rpm selam 5-8 menit
e.      Amati ada tidaknya  flokulasi  setiap pengenceran dan tentukan titer pemeriksaannya ( yaitu pengenceran trerakhir yang masih menunjukkan flokulasi )
H.     INTERPRETASI HASIL
1.       Kualitatif
Laporan hasil cukup dengan menyebutkan non-reaktif, reaktif lemah atau reaktif
a.       REAKTIF               :  Bila tampak gumpalan sedang atau besar
b.      REAKTIF LEMAH:   Bila tampak gumpalan kecil-kecil
c.       NON REAKTIF     :  Bila tidak tampak flokulasi/gumpalan
2.       Kuantitatif
Tentukan titernya ( amati pngenceran trakhir yang masih menunjukkan flokulasi  ) misalnya  1/64
                                                                                                       `
I.        Hal-hal yang perlu diperhatikan
1.  Apabila specimen yang diterima adalah cairan otak maka specimen tersebut harus disentrifuge pada kecepatan 3000 rpm salam 5-10 menit
2.     Apabila serumnya lipemik baiknya disentrifuge pada kecepatan tinggi yaitu 10000 rpm selama 10 menit
3.      Serum yang lipemik dan lisis tidak boleh diperiksa

Selasa, 14 Oktober 2014

Standar Pelayanan Ante Natal Care 14T

Pelayanan/Asuhan Standar vMinimal Asuhan Kehamilan termasuk dalam "14T"

1)    Ukur Berat badan dan Tinggi Badan ( T1 ). Dalam keadaan normal kenaikan berat badan ibu dari sebelu hamil dihitung dari TM I sampai TM III yang berkisar anatar 9-13,9 kg dan kenaikan berat badan setiap minggu yang tergolong normal adalah 0,4 - 0,5 kg tiap minggu mulai TM II. Pengukuran tinggi badan ibu hamil dilakukan untuk mendeteksi faktor resiko terhadap kehamilan yang sering berhubungan dengan keadaan rongga panggul.

2)    Ukur Tekanan Darah ( T2). Tekanan darah yang normal 110/80 - 140/90 mmHg, bila melebihi 140/90 mmHg perlu diwaspadai adanya Preeklampsi.

3)    Ukur Tinggi Fundus Uteri ( T3 ) Tujuan pemeriksaan TFU menggunakan tehnik Mc. Donald adalah menentukan umur kehamilan berdasarkan minggu dan hasilnya bisa di bandingkan dengan hasil anamnesis hari pertama haid terakhir (HPHT) dan kapan gerakan janin mulai dirasakan. TFU yang normal harus sama dengan UK dalam minggu yang dicantumkan dalam HPHT.


Ukuran Fundus Uteri sesuai Usia Kehamilan
Usia Kehamilan sesuai minggu
Jarak dari simfisis
22 – 28 Minggu
24-25 cm
28  Minggu
26,7 cm
30 Minggu
29,5 – 30 cm
32 Minggu
31 cm
34 Minggu
32 cm
36 Minggu
33 cm
40 Minggu
37,7 cm
 4)   Pemberian Tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan ( T4 )
 5)   Pemberian Imunisasi TT ( T5 ) Imunisasi Tetanus Toxoid harus segera di berikan pada saat seorang wanita hamil melakukan kunjungan yang pertama dan dilakukan pada minggu ke-4.
       

Interval dan Lama Perlindungan Tetanus Toxoid
Imunisasi TT
Selang Waktu minimal pemberian Imunisasi TT
Lama Perlindungan
TT1
-
Langkah awal pembentukan kekebalan tubuh terhadap penyakit Tetanus
TT2
1 bulan setelah TT1
3 Tahun
TT3
6 bulan setelah TT2
6 Tahun
TT4
12 Bulan setelah TT3
10 Tahun
TT5
12 Bulan setelah TT4
≥25 Tahun
6)    Pemeriksaan Hb ( T6 ) Pemeriksaan Hb pada Bumil harus dilakukan pada kunjungan pertama dan minggu ke 28. bila kadar Hb < 11 gr% Bumil dinyatakan Anemia, maka harus diberi suplemen 60 mg Fe dan 0,5 mg As. Folat hingga Hb menjadi 11 gr% atau lebih.
7)    Pemeriksaan VDRL ( Veneral Disease Research Lab. ) ( T7 ) pemeriksaan dilakukan pada saat Bumil datang pertama kali daambil spesimen darah vena kurang lebih 2 cc. apabila hasil test positif maka dilakukan pengobatan dan rujukan..
8)    Pemeriksaan Protein urine ( T8 ) dilakukan untuk mengetahui apakah pada urine mengandung protein atau tidak untuk mendeteksi gejala Preeklampsi.
9)    Pemeriksaan Urine Reduksi ( T9 )  untuk Bumil dengan riwayat DM. bila hasil positif maka perlu diikuti pemeriksaan gula darah untuk memastikan adanya DMG.
10)  Perawatan Payudara ( T10 ) senam payudara atau perawatan payudara untuk Bumil, dilakukan 2 kali sehari sebelum mandi dimulai pada usia kehamilan 6 Minggu.
11)  Senam Hamil ( T11 )
12)  Pemberian Obat Malaria ( T12 ) diberikan kepada Bumil pendatang dari daerah malaria juga kepada bumil dengan gejala malaria yakni panas tinggi disertai mengigil dan hasil apusan darah yang positif.
13)   Pemberian Kapsul Minyak Yodium ( T13 ) diberikan pada kasus gangguan akibat kekurangan Yodium di daerah endemis yang dapat berefek buruk terhadap Tumbuh kembang Manusia.
14)   Temu wicara / Konseling ( T14 )